Untuk Produksi, Pengembang Game Indonesia Masih Andalkan Dana Pribadi

Sabtu, 08 Mei 2021 | 18:30
technologue

Ilustrasi bermain game

GridGames.ID -Developer alias pengembang game biasa mendapat kucuran dana dari investor untuk memproduksi sebuah game.

Sayangnya, mayoritas developer game di Indonesia ternyata masih mengandalkan dana pribadi untuk memproduksi game.

Hal tersebut diketahui dari riset yang dibuat Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), serta Asosiasi Game Indonesia (AGI) bertajuk "Peta Ekosistem Industri Game Indonesia 2020", yang GridGames lansir dari laman Kompas.com.

Riset ini melibatkan 80 responden yang terdiri dari pengembang dan penerbit game dengan skala bisnis kecil hingga besar yang disurvei pada 31 Juli - 11 September 2020 lalu.

Baca Juga: 3 Poin yang Harus Dilakukan Developer Saat Menghadapi Tren Game Mobile

Dari puluhan responden tersebut, sekitar 67,5 persen mengaku masih mengandalkan dana pribadi untuk kegiatan produksi dan operasional perusahaan mereka sendiri.

Kompas.com
Kominfo

Bagan yang menggambarkan pendanaan developer game Indonesia yang mayoritas berasal dari dana pribadi

Sementara itu, responden lainnya mendapatkan dana dari Angel Investment (10,8 persen), Venture Capital Investment (4,8 persen), Incubator atau Accelerator (3,6 persen), Crowdfunding (1,2 persen), dan sumber pendanaan lainnya (12 persen).

Adapun mayoritas investor yaitu sekitar 60 persen berasal dari dalam negeri, sedangkan dari luar negeri berkisar 30 persen, dan investor gabungan dari keduanya sebesar 10 persen.

Baca Juga: Netflix Dirumorkan Bakal Membeli Lisensi Penuh Game GTA VI, Benarkah?

Masalah pendanaan ini juga menjadi momok bagi para pengembang game lokal.

Dalam riset ini, sebanyak 66,7 persen responden mengaku pernah mengalami gagal produksi, sementara 33,3 persen nggak pernah mengalaminya.

Dari 66,7 persen tersebut, kekurangan dana menjadi alasan utama dari developer game yang pernah gagal produksi dengen persentase responden 35,3 persen.

Lalu disusul dengan kegagalan teknis (27 persen), kekurangan SDM (29,4 persen), dan alasan lainnya (8,2 persen).

Baca Juga:Ubisoft Segera Rilis Tom Clancy's The Division Versi Mobile, Gratis!

"Dalam aspek ini, pengembang skala kecil dan menengah menyatakan bahwa pendanaan menjadi masalah bisnis yang utama. Sebaliknya bagi pengembang skala besar permasalahan yang sering muncul adalah investasi dan matchmaking," tulis laporan tersebut yang GridGames kutip dari laman Kompas.com.

Kompas.com
Kominfo

Tantangan gagal produksi perusahaan game lokal

Karena tantangan soal pendanaan inilah mayoritas responden yaitu sebanyak 97 persen mengatakan pemerintah harus turut serta membantu developer agar bisa berkembang.

Dari jumlah tersebut, ada 26 persen responden menganggap bantuan pendanaan adalah stimulus terbaik yang bisa diberikan oleh pemerintah, disusul oleh bantuan sosialisasi dan pemasaran (16 persen).

Baca Juga:Resident Evil Village Bisa Dimainkan Tanpa Kartu Grafis di PC

Bantuan SDM, infrastuktur, matchmaking, event, investasi, dan lain sebagainya juga turut dianggap penting oleh kurang dari 10 persen responden.

Menanggapi hal tersebut, pemerintah sendiri sejauh ini mengklaim sudah berupaya untuk membangun berbagai program.

Tujuannya adalah untuk mengembangkan industri game di Indonesia.

Beberapa diantaranya adalah Business Matchmaking, Showcase di International Event, Coworking Space, Penyusunan Regulasi, dan lain sebagainya.

Baca Juga: Game dan Aplikasi Palsu Banyak Beredar di App Store, Hati-Hati!

Namun, masih ada sekitar 19,23 responden yang belum merasakan bantuan yang disebutkan tadi, sehingga masih ada beberapadevelopergame yang harus dirangkul oleh pemerintah.

Hasil riset lengkap mengenai kondisi industri game Indonesia di 2020 bisa disimak ditautan berikut, ya! (*)

Tag

Editor : Amalia Septiyani

Sumber Kompas.com