Komunitas Esports Sisterhood Gaungkan Pentingnya Kesetaraan dalam Dunia Esports di IESF World Esports Championships 2022

Senin, 05 Desember 2022 | 13:30
PB ESI

ONIC Kayes (kiri), ONIC Anisa (tengah), dan ONIC Gebian (kanan) saat menghadiri diskusi Esports Siterhood.

GridGames.ID -Esports dikenal sebagai salah satu olahraga yang maskulin. Banyak pihak menganggap bahwa esports merupakan "dunianya laki-laki saja".

Padahal, ada banyak player dan pegiat esports wanita yang juga berhak untuk mendapat kesetaraan di dunia esports.

Hal itu yang coba digaungkan oleh komunitas Esports Sisterhood di IESF 14th World Esports Championships 2022.

Baca Juga: (Foto) Momen Kemeriahaan Opening IESF Esports World Championships 2022

Dalam sebuah program bertajuk Sunset Talk, Esports Sisterhood mengadakan diskusi yang membahas pentingnya kesetaraan dan pemberdayaan perempuan di dunia esports.

Direktur PT Garudaku yang juga merupakan Board of Equity IESFdan insiator Esports Sisterhood, Diana Sutrisno mengatakan penting untuk melibatkan peran nyata perempuan dan mendorong peningkatan kontribusinya dalam seluruh aspek kehidupan termasuk esports.

"Equity yang kami seruakan adalah sebuah keadilan. Bukan penyamarataan antara laki-laki dan perempuan," ujarnya dalam keterangan resmi yang GridGames terima, Minggu (4/12/2022).

PB ESI
PB ESI

Direktur PT Garudaku dan Board of Equity IESF, Diana Sutrisno saat memaparkan materinya di disuksi Esports Sisterhood.

Ia mengungkapkan perempuan dan laki-laki memiliki kebutuhan yang berbeda sehingga dibutuhkan dukungan yang sesuai dengan karakteristik masing-masing.

"Untuk mengoptimalkan peran perempuan, semua pihak diharapkan memberikan dukungan sesuai dengan kelebihan dan karakteristik alami perempuan yang tentunya berbeda dengan laki-laki," ungkap Diana.

Senada dengan Diana, Pro player Indonesia, Sherlintsu mengatakan perempuan harus mendapat kesempatan yang sama.

Ia merasa kehadiran perempuan kerap dipandang sebelah mata dan tidak divalidasi ketika berada dalam satu tim dengan pria.

"Seolah kemenangan yang didapat tim semata-mata hanya hasil kerja keras para player pria. Sindiran seperti 'numpang menang' atau 'di-carry doang' juga sering didapat perempuan," kata Sherlintsu.

"Hal itu membuat perempuan merasa terdiskriminasi, meski pada kenyataannya mereka memiliki skill yang setara dengan pro player pria," lanjutnya.

PB ESI
PB ESI

Pro player Indonesia, Sherlintsu saat hadir di acara diskusi Esports Siterhood.

Baca Juga: Game Lokal Eizper Chain Ikut Meriahkan IESF World Esports Championships 2022

Di sisi lain, Pendiri What's The Meta (WTM), Maria mengungkapkan jika lingkungan dan mindset jadi penghalang terbesar ketika perempuan masuk ke dunia esports.

Perempuan dihantui berbagai stigma di masyarakat yang menyebut mereka harus berada di dapur, memasak, hingga mengurus anak.

Diskusi tersebut diharapkan dapat membuka mata masyarakat bahwa perempuan juga berhak mendapat kesempatan yang sama di berbagai bidang, termasuk esports. (*)

Tag

Editor : Randy Fauzi F