GridGames.ID - Indonesia Game Developer Exchange (IGDX) yang menjadi tempat berkumpulnya para developer lokal, kembali digelar.
Rangkaian acara IGDX 2022 sendiri digelar secara offline selama 3 hari, mulai 14 hingga 16 Oktober 2022 di The Stones, Bali.
Mulai dari developer senior, hingga developer yang baru merintis karir di industri game dapat saling berjumpa.
Terdapat beragam rangkaian acara yang digelar dalam IGDX 2022, salah satunya adalah IGDX Business.
IGDX Business adalah acara yang menghubungkan developer dengan penerbit (publisher) game, studio game, pemerintah, hingga investor, baik dari dalam maupun luar negeri.
Baca Juga: IGDX 2022 Resmi Dibuka, Hadirkan Business, Conference dan Panel Bisnis
Salah satu yang hadir di IGDX Business adalah Agate, sebuah developer game lokal asal Bandung yang berdiri sejak 2009 silam.
Menurut Astri Pratiwi selaku Brand dan PR Manager Agate, dengan adanya IGDX Business ini, para developer game bisa bertemu dengan banyak orang dari berbagai industri.
"IGDX Business ini bagus banget, karena bisa memperkuat esensi komunitas dari game developer itu sendiri, selalu up to date, harus tau ke mana dan ketemu siapa," ujarnya kepada GridGames dalam sesi wawancara di The Stones, Bali (15/10/2022).
Astri pun mengungkap manfaat hadirnya IGDX 2022 bagi para Public Relation (PR) yang dimiliki oleh setiap developer game.
"Secara sudut pandang PR, IGDX 2022 ini bermanfaat banget untuk bertemu dengan media dan komunitas game Indonesia untuk menjalin relasi, karena relasi itu penting," ujarnya.
Baca Juga: IGDX Kembali Digelar Tahun Ini. Ajak Ratusan Perwakilan Game Developer
Seperti yang kita ketahui, Agate adalah salah satu developer lokal yang sudah lama eksis di industri game Indonesia.
Developer dari game Code Atma ini pun justru semakin maju walaupun tengah dihadapkan oleh pandemi pada 2020 lalu.
Tentunya, Agate punya kiat-kiat bagaimana namanya bisa terus bertahan dalam menghadapi berbagai rintangan sebagai developer game.
"Salah satu hal yang penting adalah menyeimbangkan antara passion dengan bisnis. Karena game itu berawal dari sebuah passion. Contoh, saat kita mau mengerjakan game passion, tapi belum punya dana, kalo dipaksain jadinya mendet-mendet gitu, Nah, Agate pas di awal-awal udah nge-arrange developer klien. Jadi kita kerja sama dengan beberapa industri non gaming, seperti finansial atau goverment," ujar Astri.
Baca Juga: Seru! Begini Cerita Peserta IGDX Academy Ikuti Mentoring Session
Dalam sesi wawancara, Astri pun turut memberi tips untuk para game independen alias indie game agar dapat bertahan untuk tetap eksis mengembangkan game-game lokal terbaik.
"Tips untuk indie game, kita harus punya orang bisnis atau setidaknya belajar bisnis. Kalo nggak sempat, hire lah satu lagi founder yang mengerti bisnis. Itu penting, karena harus balance," katanya.
Berkecimpung di industri game khususnya sebagai developer pastinya bakal memberikan keuntungan, apalagi jumlah pasar dari sebuah game memang tak terbatas.
"Kalo gamenya bagus tapi nggak tau cara memasarkannya, jadinya kaya berantakan. Mending prepare dari awal aja gitu," tutup Astri. (*)