GridGames.ID - Setelah penayangan serentak film Avatar: The Way of Water di seluruh dunia, masyarakat Bajo kini tengah hangat diperbincangkan.
Pasalnya, suku dari Indonesia yang dikenal sebagai penyelam handal itu hadir di dalam film Hollywood karya James Cameron tersebut.
Penulis sekaligus sutradara ini menjelaskan bahwa masyarakat Bajo menjadi salah satu inspirasi dalam konsep suku Metkayina di dalam film terbarunya, Avatar: Way of Water.
Namun ternyata, suku Bajo tidak hanya tergambarkan dalam media populer seperti Avatar.
Di tahun 2021, game Lokapala ternyata sudah pernah menampilkan masyarakat Bajo dalam salah satu Ksatriya mereka yang bernama Lando.
Baca Juga: Perkenalkan Game Lokal ke Mata Dunia, Lokapala Hadir di Main Stage IESF 2022
“Sebagai negara biodiversity kedua di dunia, Indonesia punya tanggung jawab dalam menjaga ekosistem dan biota laut dunia, khususnya terumbu karang. Tercatat ada lebih dari 500 jenis terumbu karang di segitiga koral yang kini sepertiga kondisinya sangat memprihatinkan. Kami berharap kedepannya generasi muda Indonesia lebih sadar dan peduli terkait isu lingkungan laut Nusantara.” kata Ninoi Kiling, IP & Development Lead Anantarupa Studios.
Sebagai masyarakat bahari, gaya hidup dan budaya masyarakat Bajo tidak dapat dipisahkan dengan laut.
Malah, keseganan masyarakat Bajo terhadap laut sangat terlihat bahkan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Contohnya, mereka menggunakan peralatan sederhana untuk menangkap ikan dan memiliki pantangan untuk membuang sampah rumah mereka di laut.
Mereka percaya bahwa melanggar kedua hal ini akan berakibat datangnya bencana laut, seperti rusaknya kelestarian dan ekosistem laut, terutama terumbu karang.
Baca Juga: Game Lokal Lokapala Kabarnya akan Dirilis di Kawasan Asia Tenggara
Nilai-nilai kearifan masyarakat Bajo itulah yang ingin disampaikan dalam Ksatriya Lando di Lokapala.
Masyarakat Bajo pada awalnya adalah masyarakat bahari dengan kisah dan asal usul yang menarik.
Tercatat suku Bajo tersebar di berbagai tempat di kawasan Asia Pasifik, mulai dari Indonesia, Filipina, Taiwan bahkan hingga kawasan Cina.
Namun, keberadaan masyarakat Bajo sudah tercatat dalam sejarah sejak zaman kerajaan Sriwijaya.
Baca Juga: Lokapala Pamer Ksatria Baru Suryakusuma, Terinspirasi dari Mangkunegara I
Menurut sejarah, masyarakat Bajo memiliki kontribusi yang besar dalam menjaga wilayah laut Nusantara yang menjadi jalur perdagangan dunia.
Hal menarik lainnya adalah kondisi fisiologis suku Bajo yang berbeda dengan manusia lainnya.
Riset menunjukkan bahwa DNA suku Bajo mengalami adaptasi genetik, seperti ukuran limpa mereka yang 50% lebih besar dari populasi umumnya.
Limpa berfungsi untuk menyimpan cadangan darah, sehingga semakin banyak darah merah yang dapat ditampung, artinya semakin banyak juga oksigen yang tersimpan.
Inilah yang membuat mereka mampu menyelam di kedalaman hingga 70 meter dengan kurun waktu lebih dari 10 menit. (*)