Nampaknya, Indonesia bisa dibilang lebih unggul dalam hal profesionalisme dan industri.
Jika berbicara soal tim/organisasi, ada sejumlah organisasi esports Indonesia yang sudah melebarkan sayapnya ke luar negeri.
EVOS Esports punya tim yang tersebar di 6 negara di Asia Tenggara,ONIC punya tim yang turut serta di MPL PH, RRQ juga punya divisi di Thailand, Bigetron juga sempat punya tim yang ikut serta di MPL MY/SG Season 2, dan Aerowolf pun punya tim Rainbow Six: Siege di Singapura.
Jika berbicara tentang tim esports asal Malaysia, baru Geek Fam yang punya divisi di lain negara, setidaknya di ekosistem esports MLBByang ikut serta MPL ID sejak Season 4.
Namun demikian, di Dota 2, ada Fnatic yang punya basecamp di Malaysia, meski Fnatic adalah tim yang asalnya dari Eropa.
Ditambah lagi, menurut pengakuan Dylan, karena perubahan MPL ID S4 yang jadi sistem franchise tim-tim MLBB di Indonesia boleh dibilang lebih profesional soal pengelolaan dan manajemen tim.
Sedangkan untuk tim-tim peserta MPL MY/SG, rata-rata pesertanya masih bisa dikategorikan sebagai semi-pro.
Saat ini, banyak perusahaan raksasa ataupun bahkan konglomerasi asal Indonesia yang sudah investasi ke esports, seperti Salim Group, Sinarmas, grup Djarum, dkk.
Dylan mengatakan, “jumlah perusahaannya mungkin hampir sama, seperti Air Asia, U Mobile (sponsor M1 World Championship 2019), dan yang lainnya.Namun sponsor-sponsor di Indonesia lebih berani mengeluarkan dana yang lebih besar.”
Baca Juga: Bukti Perjalanan Mobile Legends Bangun Ekosistem Esports Indonesia