GridGames.ID - Developer alias pengembang game biasa mendapat kucuran dana dari investor untuk memproduksi sebuah game.
Sayangnya, mayoritas developer game di Indonesia ternyata masih mengandalkan dana pribadi untuk memproduksi game.
Hal tersebut diketahui dari riset yang dibuat Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), serta Asosiasi Game Indonesia (AGI) bertajuk "Peta Ekosistem Industri Game Indonesia 2020", yang GridGames lansir dari laman Kompas.com.
Riset ini melibatkan 80 responden yang terdiri dari pengembang dan penerbit game dengan skala bisnis kecil hingga besar yang disurvei pada 31 Juli - 11 September 2020 lalu.
Baca Juga: 3 Poin yang Harus Dilakukan Developer Saat Menghadapi Tren Game Mobile
Dari puluhan responden tersebut, sekitar 67,5 persen mengaku masih mengandalkan dana pribadi untuk kegiatan produksi dan operasional perusahaan mereka sendiri.
Sementara itu, responden lainnya mendapatkan dana dari Angel Investment (10,8 persen), Venture Capital Investment (4,8 persen), Incubator atau Accelerator (3,6 persen), Crowdfunding (1,2 persen), dan sumber pendanaan lainnya (12 persen).
Adapun mayoritas investor yaitu sekitar 60 persen berasal dari dalam negeri, sedangkan dari luar negeri berkisar 30 persen, dan investor gabungan dari keduanya sebesar 10 persen.
Baca Juga: Netflix Dirumorkan Bakal Membeli Lisensi Penuh Game GTA VI, Benarkah?
Masalah pendanaan ini juga menjadi momok bagi para pengembang game lokal.