Dalam riset ini, sebanyak 66,7 persen responden mengaku pernah mengalami gagal produksi, sementara 33,3 persen nggak pernah mengalaminya.
Dari 66,7 persen tersebut, kekurangan dana menjadi alasan utama dari developer game yang pernah gagal produksi dengen persentase responden 35,3 persen.
Lalu disusul dengan kegagalan teknis (27 persen), kekurangan SDM (29,4 persen), dan alasan lainnya (8,2 persen).
Baca Juga:Ubisoft Segera Rilis Tom Clancy's The Division Versi Mobile, Gratis!
"Dalam aspek ini, pengembang skala kecil dan menengah menyatakan bahwa pendanaan menjadi masalah bisnis yang utama. Sebaliknya bagi pengembang skala besar permasalahan yang sering muncul adalah investasi dan matchmaking," tulis laporan tersebut yang GridGames kutip dari laman Kompas.com.
Karena tantangan soal pendanaan inilah mayoritas responden yaitu sebanyak 97 persen mengatakan pemerintah harus turut serta membantu developer agar bisa berkembang.
Dari jumlah tersebut, ada 26 persen responden menganggap bantuan pendanaan adalah stimulus terbaik yang bisa diberikan oleh pemerintah, disusul oleh bantuan sosialisasi dan pemasaran (16 persen).
Baca Juga:Resident Evil Village Bisa Dimainkan Tanpa Kartu Grafis di PC
Bantuan SDM, infrastuktur, matchmaking, event, investasi, dan lain sebagainya juga turut dianggap penting oleh kurang dari 10 persen responden.
Menanggapi hal tersebut, pemerintah sendiri sejauh ini mengklaim sudah berupaya untuk membangun berbagai program.
Tujuannya adalah untuk mengembangkan industri game di Indonesia.