Di Grand Final ini, Zulkifli Hasan (yang saat itu menjabat sebagai Ketua MPR) juga turut hadir dan memberikan sambutannya.
Lewat gelaran ini, jutaan anak muda jadi punya sosok idola baru sekaligus cita-cita dan ambisi baru. Mereka jadi ingin seperti Lemon, TUTURU, JessNoLimit, Rekt, Rave, LJ, ataupun yang lain-lainnya.
Harapan dan cita-cita inilah yang jadi motor penggerak pasar dari industri esports.
Para orang tua juga semakin terbuka dengan nilai-nilai positif yang bisa ditawarkan oleh esports.
Yang tak kalah penting, banyak para pelaku industri jadi menyadari bahwa pasar gamer dan esports itu punya potensi besar yang bisa dieksplorasi dan memiliki antusiasme begitu tinggi yang tidak ditemukan di target pasar lainnya.
Alasan Moonton kala itu menciptakan MPL di Indonesia
Ia pun berargumen bahwa untuk mengembangkan ekosistem esports di satu negara itu, kita butuh komunitas yang sifatnya lokal, berkesinambungan, namun juga profesional.
Karena itu, turnamen berbentuk liga adalah salah satu cara paling efektif untuk mencapai ke sana.
Setelah mengawalinya dari Indonesia, Moonton pun menggelar MPL untuk beberapa negara lain di Asia Tenggara seperti Malaysia-Singapura, Filipina, Myanmar.
Ia juga menambahkan bahwa Moonton menggelar MPL bukan hanya untuk kepentingan industri game saja.
“Kami melihatnya sebagai sebuah industri olahraga baru yang mampu berkembang secara independen ke depannya. Pasalnya, pecinta esports sendiri memang masih sangat kecil proporsinya, mungkin hanya sekitar 5% dari keseluruhan pemain MLBB. Karena itu, ada keterbatasan pengaruh ke industri game-nya sekarang. Namun, di masa depan esports memiliki potensi yang sangat besar, bisa memperpanjang usia produk sebuah game dan membuat komunitasnya untuk tetap terus aktif,” kata Lucas.
Baca Juga: Dominasi Klasemen MPL ID S4, Ini Kisah Perjalanan Panjang EVOS Esports